Kemarin ning
bercerita tentang salah satu kesibukannya minggu ini, mengkoreksi hasil ujian mid semester siswa di sekolahnya. Hasilnya sebagian besar mendapat nilai kurang bagus. Dari hasil ujian ini nantinya akan dibicarakan dalam rapat dewan guru dengan pertanyaan umum adalah, ini salah siapa? Gurunya yang tidak bisa mengajar atau siswa dengan kelemahan pemahamannya. Dan umumnya lagi adalah rata-rata guru (kalau tidak bisa dibilang semua) akan berkata, "ini karena siswanya kurang memahami dan malas belajar".
Aku cuma bisa senyum-senyum saja mendengar penjelasan seperti ini, meski akhirnya aku balik bertanya,"Pernah nggak ada guru yang bilang kalau ini kesalahan dia dalam mengajar?". kataku.
"Nggak ada... " jawabnya singkat.
Dari sini saja aku sudah bisa menduga bahwa tidak akan ada orang yang mau mengatakan bahwa dirinya salah dalam proses transfer ilmu tersebut. Walapun aku tidak bilang bahwa kasus ini bisa di-generalisasi untuk semua sekolah dan guru tapi ya memang begitulah keadaan yang harus terjadi. Yang berkuasa lebih sering berkata kalau yang lemahlah yang menjadi masalah selama ini. Sekilas jadi ingat perihal sejarah terbentuknya sekolah dalam artikel yang kutulis dua tahun yang lalu.

Menurutku pribadi adalah sebuah kesia-siaan model evaluasi seperti itu. Tidak adanya kontrol dari sekolah atas model pembelajaran yang dilakukan oleh para gurunya, serta inovasi atas kurikulum yang diberikan Dinas Pendidikan. Setengahnya aku sepakat dengan beberapa sekolah internasional dan sekolah alam (bahkan ada home schoolindan cuber school yang menggabungkan antara kurikulum nasional dengan kurikulum yang di-adopt dari sistem yang lain. Artinya boleh saja tho kurikulum yang lebih mementingkan pengajaran ketimbang pendidikan itu dirubah.
Berdasarkan ilmu yang kudapat semasa kuliah, saking seringnya baca buku Manajemen Strategi adalah strategi beberapa sekolah unggulan itu karena mereka concern terhadap apa yang akan mereka lakukan untuk memajukan sistem pendidikan di sekolah mereka. Akhirnya mereka membuat visi, misi, dan strategi pembelajaran yang pas sesuai dengan hasil research mereka atas behaviour para siswa. Dari sini dapat terlihat bahwa sekolah memainkan peranan penting atas keberhasilan siswa nya, bukan hasil usaha siswa sendiri.
Kalau mau diingat masa sekolah kita dulu, pasti antara satu guru dengan guru lainnya memiliki karakter yang berbeda dalam mengajar, walaupun aku tidak mengabaikan prinsip bahwa setiap orang memiliki keunikan berpikir masing-masing. Inilah fungsinya visi, kalau saja setiap guru baru diberi kesempatan beberapa bulan untuk pra-mengajar dengan cara mempelajari sejarah, visi dan misi sekolah yang bersangkutan (kalau ada) maka setiap guru akan memiliki pegangan dalam menentukan arah ilmu yang akan diberikannya. Dengan semangat kebersamaan, visi yang jelas dan misi yang tepat bukan tidak mungkin sekolah tersebut akan menjadi sekolah unggulan. Sudah banyak koq buktinya. Dan pertanyaannya adalah sudahkah banyak kepala sekolah yang memikirkan hal tersebut?
sumber-herdianto.web
0 komentar:
Posting Komentar